Senin, 29 November 2021

Pertanyaan #1


"Kenapa kamu tidak mencariku?", tanya seseorang di seberang sana.
Sebuah pesan masuk melalui telepon genggamku, pukul 02.25 dini hari.
Aku memang terbiasa terbangun di dini hari, entah apa yang membuatku terbangun, aku selalu menikmatinya.
Ku lihat pemberitahuan di telepon genggamku.
Jam segini? Mengirim pesan? Tumben?
Setelah hampir sewindu kita tak pernah bertemu, dan hampir tiga bulan komunikasi tak pernah berjalan lancar.

"Kenapa kamu tidak pernah mencariku lagi?" Tanyanya ia kembali.
Pesan darimu hanya sempat ku baca saja beberapa waktu.
Keningku mengerut, mencoba menerka nerka jawaban yang seharusnya.

...
Mencarimu?
Bukankah kau yang sengaja menghilang di tengah hiruk pikuk dilema kepastian?
Hanya sibuk atau benar-benar sibuk?
Sebagai pasangan atau hanya teman pelampiasan?
Tidak perlu hilang hanya untuk ingin dicari.
Tidak perlu berlari hanya untuk ingin dikejar.
Tidak perlu menghindar hanya untuk mengetahui apakah dia sabar.
Tidak perlu berpura-pura, jika sebenarnya kau benar-benar menginginkannya.
Perjuangkan apa yang sepatutnya diperjuangkan.
Beberapa pernyataan tidak hanya butuh pengungkapan, tapi juga pembuktian.

...
Kenapa kamu tidak mencariku lagi?
Kita tidak sedang saling mencari.
Lalu?
Pada saatnya nanti, kita saling menemukan.



Tulungagung, 29 Nopember 2021

Kamis, 04 November 2021

TANDA TANYA #3

Bagaimana tidur kalian malam ini?

Apakah nyenyak? Atau tiba-tiba terbangun sontak?
Alhamdulillah, tidurku nyenyak malam ini.
Namun, sayang tak membuat badan ini enak.
Beberapa malam lalu sebelum ia datang, tidurku sering terbangun dengan sontak?
Kenapa?
Apakah ada yang aneh dari dirinya?
Atau justru sebaliknya diriku?
Hahaha.
Aku memang aneh dari dulu.
Begitulah, kata teman-teman yang mengenalku.
Sering terbangun dalam sepi, hanya pikiran ramai memenuhi kepala ini.
Seringnya berbicara kepada diri sendiri, hingga terkadang lupa untuk sekedar mengistirahatkan diri.
Serentetan pertanyaan terkait masa depan, deadline tugas yang antre untuk diselesaikan, hingga kejelasan hubungan yang belum usai menemukan titik terang.
Menyebalkan memang, tapi anehnya diriku menikmatinya sebagai bentuk kenyamanan.
Kenyamanan?
Hahaha, bukankah selama ini kau sudah terbiasa sendiri? Menikmati hidupmu seorang diri? Berempati, berkolaborasi, berbagi? Apakah semua itu tidak menyadarkanmu?
Kau terbiasa pura-pura, bahkan hanya untuk sebuah tawa bisa tercipta.
Sesekali menangislah, luapkan emosi sedihmu.
Memeluk erat tubuh, meski pikiran kian riuh.
Seberapa besar ujian yang diberikan, tepuklah bahu untuk saling menguatkan.

Sudahlah, tak usah tersipu malu.
Aku disini, untukmu.
Berperan apapun itu.
Pendengar ceritamu, pelengkap kisahmu, teman dikala waktu kosongmu atau sekedar sebagai pelampiasan rasa sedih kecewamu.
Aku, disini untukmu.
Kita hadapi bersama.
Aku percaya, selalu ada jalan bagi mereka yang tekun berusaha.

Tulisanku terjeda, ketika adzan subuh mulai berkumandang dari mushola.
Pikiranku tersadar tiba-tiba, saat tak ku temukan suara seseorang di seberang sana.
Kamu lupa ya?
Bukankah ia sudah pamit untuk mempersiapkan ibadahnya?
Hahaha, begitulah aku.
Selain aneh, ternyata juga pelupa.


Tulungagung, 4 November 2021.
04.10 WIB




SURYA MALAM HARI #2

  Diharapkan untuk membaca part 1 terlebih dahulu, ya. . . . Tepat ketika Dea berangkat pulang dari Stasiun Bandung pukul 15.45 WIB kemarin,...