Kicauan burung, gerak suara daun menambah irama senja sore ini.
Sudah menjadi kebiasaan, setiap menjelang sore ia duduk diteras depan.
Ku perhatikan, terkadang ia melamun, memainkan jari tangan, bermain gawai pintar, atau hanya sekedar menunggu seruan adzan berkumandang.
Damai kulihat dalam batinnya, meskipun kini ia sudah tidak punya orangtua.
Ia hidup seorang diri menempati rumah sederhana, besar dari keluarga yang kurang berada memang selalu dituntut untuk terus berusaha, berusaha, berusaha tanpa mengenal kata putus asa.
Bisa makan nasi saja sudah cukup bahagia, bersyukur setiap harinya.
Tuhan sang Maha Kuasa telah memberikan nikmat hidup hingga detik ini.
Tak terasa, kini ia beranjak dewasa.
Lamunannya ketika senja tak hanya tentang bunga-bunga indah di taman surga, kini berubah menjadi sebuah kekhawatiran akan masa depan.
Bagaimana ia melanjutkan hidupnya tanpa orangtua, tentang kelanjutan studinya hingga hubungan asmara dengan lelaki penghafal kitab-Nya.
Ah.. Begitu banyak ternyata apa yang ada dalam pikirannya.
Ku lihat ia mulai mengerutkan kening, sesekali sambil menikmati hidangan kue di atas piring.
Ia kini telah menjadi Sarjana.
Ia abdikan ilmu di lembaga pendidikan kotanya.
Darinya aku belajar tentang banyak hal, kerja keras, pantang menyerah, kuat, anggun tapi tetap tangguh.
Semoga ia baik baik saja, dan banyak manusia terinspirasi darinya.
Afriska - 7/8/21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar